Barusaja saya mendengar sebuah tausiyah dari seorang ustadz dimana ada audiens yang bertanya seperti berikut:
"Pak ustad bagaimana cara kita menyikapi saudara kita yang sering berhutang tapi jarang mengembalikan?"
Begitulah kira-kira inti pertanyaan dari salah seorang jamaah yang bertanya. Kemudian sang ustad pun menjawab dengan pendekatan yang sangat sederhana. Dimana menggunakan kiasan: "jikalau kita ingin membantu berilah kail jangan ikannya".
Berdasarkan pengamalan yang dituturkan oleh jamaah yg bertanya tadi, ustadpun memberikan pencerahan bahwa hati-hati dengan hutang jikalau kita tidak bisa mengembalikannya. Walau telah meninggal dapat ditagih diakhirat kelak. Lebih baik kita membantu walau mungkin tidak sepenuhnya dari pada kita menghutanginya, atau malah mencukupinya.
Sontak saya pribadipun mengalami hal-hal seperti itu, dan apa yang saya alami agak mirip dengan apa apa yang dituturkan oleh penanya tadi. Selama ini apa yang saya lakukan demi saudaraku hanyalah bagaimana caranya agar saudaraku bisa tersenyum walau dalam keadaan yang memang kekurangan. Mungkin saat ini saya belum menjadi orang yang berlebih, tapi sebuah hal kecil yang saya lakukan untuk saudaraku memberikan sebuah senyum indah yang menjadi penyemangat didalam diri untuk menjadi lebih baik lagi. Saudara adalah investasi masa depan dari Allah dimana nantinya merekalah yang akan menemani masa-masa tua kita setelah orang tua kita telah tiada. Kerukunan yang dijalin menjadi kebahagiaan tersendiri untuk kedua orang tua kita.
"Senyumlah saudaraku, aku bahagia melihat senyum kecilmu. Mari kita bersama merajut masa depan kita untuk menjaga keluarga kita dan membangun keluarga kita lebih baik lagi."
0 komentar:
Posting Komentar